Ulat Sutra

Ngengat sutra atau sutera konon berasal dari tiongkok utara ianya adalah ngengat yang memiliki nilai ekonomi yang paling tinggi karena satu satunya ulat penghasil serat / benang sutra.

Makanan ulat atau entung sutra hanyalah daun murbei, telornya membutuhkan waktu kurang lebih 10 hari untuk bisa menetas dan kemudian menghasilkan kepompong ulat sutra yang jika dipintal nantinya akan dapat menghasilkan kain sutra.

Sebagaimana umumnya larva / ulat, ulat sutra sangat rakus; makan sepanjang siang dan malam sehingga tumbuh dengan cepat dan jika warna kepalanya sudah menjadi semakin gelap, ulat sutra akan segera berganti kulit / cangkang.


Dalam hidupnya, ulat sutra mengalami empat kali ganti kulit, hingga berwarna kekuningan dan lebih ketat, yang menjadi tanda akan segera membungkus diri dengan kepompong.

Ulat sutra dikonsumsi di sejumlah kebudayaan. Di Korea, ulat sutra yang direbus serta dibumbui merupakan makanan ringan yang populer dan dikenal sebagai beondegi. Di Tiongkok, sejumlah pedagang jalanan menjual ulat sutra yang dipanggang.

Beternak ulat sutera adalah salah satu kegiatan yang menjanjikan keuntungan cukup besar mengingat harga jual kokon ulat sutera sebagai bahan dasar kain sutra ini cukup mahal , selain itu Peluang pasar yang masih besar dari produk ulat sutra berupa benang sutra masih mendorong peternak ulat sutra di Indonesia. Apalagi saat ini Indonesia masih merupakan negara importir sutra, terutama benang dan kain sutra.

No comments:

Post a Comment